Netizen Gathering #7: NoBar dan Diskusi Film “Jakarta Unfair”

Kali ini Netizen Gathering ke 7, mengadakan Pemutaran dan Diskusi Film “Jakarta Unfair”, di jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.

Jakarta – Jumat, 7 Januari 2017, Relawan Anies-Sandi kembali menyelenggarakan Netizen Gathering, acara mingguan yang mendatangkan pakar untuk mendiskusikan sebuah tema. Kali ini Netizen Gathering ke 7, mengadakan Pemutaran dan Diskusi Film “Jakarta Unfair”, di jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.

Hadir sebagai narasumber yaitu sejarawan JJ Rizal, pengamat politik Indra J. Piliang, ahli tata kota Marco Kusumawijaya, dengan moderator Pandji Pragiwaksono, komika dan juru bicara Anies-Sandi.

Jakarta Unfair adalah sebuah film produksi WATCHDOC yang mengangkat cerita tentang warga DKI Jakarta yang menjadi korban dari penggusuran besar-besaran oleh Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Basuki.

Film ini memperlihatkan bagaimana ketidakadilan yang menimpa warga di beberapa daerah di ibu kota yang rumahnya kini telah rata dengan tanah. Setidaknya 70% penggusuran dilakukan sepihak, tanpa berdiskusi dengan warga, dan tanpa solusi yang sepadan.

Dalih Pemprov masih sama, penertiban dan normalisasi (pembukaan Ruang Terbuka Hijau, pembangunan waduk atau sungai) demi kehidupan yang lebih layak. Namun, film ini melihat kenyataan yang ada bahwa penggusuran dan solusi relokasi malah menciptakan permasalahan-permasalahan baru bagi warga yang tergusur.

“Penggusuran adalah cara kuno. Masih ada solusi yang lebih manusiawi, seperti yang telah dijalankan di negara-negara maju”, kata Marco. Sedangkan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta, selama ini tidak solutif dan cenderung menindas rakyat-rakyat kecil. Padahal sebagai warga negara, hak-hak mereka seharusnya mendapat perlindungan pemerintah.

JJ Rizal menjelaskan sejarah penggusuran di Jakarta sejak era Presiden Soekarno-Hatta. “Saat menggusur Senayan untuk dijadikan stadion Gelora Bung Karno, Presiden sendiri menemui warga dan mengajak berdialog. Mereka dipindah ke Tebet dan dibangunkan pemukiman yang mirip dengan pemukiman sebelumnya,” jelas Rizal.

Cerita ini berbanding terbalik dengan cara penggusuran yang dilakukan sekarang. Akibatnya, keadilan sosial yang dijanjikan oleh para pendiri negara ini tercoreng oleh pemimpinnya sendiri.

Diskusi selama sekitar tiga jam, menarik perhatian peserta untuk bertanya mengenai solusi terbaik dalam menata kota Jakarta. Hingga berakhirnya sesi diskusi, Netizen Gathering #7 berkesimpulan bahwa penggusuran bukanlah satu-satunya jawaban untuk menata kota.