Remapping Trayek: Inovasi Anies Baswedan Dalam Mengurangi Kemacetan Ibukota

Memperbincangkan permasalahan klasik ibukota, yaitu kemacetan dan solusi yang ditawarkan.

Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta bernomor urut tiga, Anies Baswedan memenuhi undangan Forum Pemimpin Redaksi dan Jurnalis Senior Jawa Pos di Graha Pena Jawa Pos, Palmerah, Selasa (29/11/2016). Dalam pertemuan tertutup tersebut, Anies menyampaikan visi misinya dalam mengembangkan Jakarta. Selain itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ke-29 ini menerima berbagai aspirasi dan masukan atas program kerja yang direncanakannya.

Pertemuan tersebut berlangsung santai dengan intensitas dialog yang komunikatif. Salah satu isu yang diperbincangkan adalah permasalahan klasik ibukota, yaitu kemacetan. 

Yuliansyah Hamid, wartawan senior sekaligus Pemimpin Redaksi Tabloid Target secara eksplisit menanyakan permasalahan transportasi tersebut. "Penyebab kemacetan apa? Solusinya bagaimana?," tanya Yulian.

Dengan berbasis data, Anies menjelaskan bahwa penduduk Jakarta saat ini berjumlah 10 juta dengan jumlah motor terdaftar di Kepolisian lebih dari 13 juta. Data tersebut belum termasuk jumlah kendaraan yang masuk wilayah Ibukota setiap harinya. Data ini menegaskan penggunaan transportasi di Jakarta yang bermasalah. 

"Kita disini terlalu banyak menggunakan transportasi privat bersifat individual, bukan tranportasi massal", ujar Anies.

Penggagas Gerakan Indonesia Mengajar ini memaparkan fakta lain bahwa setiap hari banyak warga berangkat ketempat kerja dari tempat tinggalnya yang dalam perjalanannya terjadi keruwetan. "Karena itulah, pertanyaan sederhananya dimana saja titik-titik padat penduduk dan rute apa saja dalam mobilisasinya?," imbuh Anies.

Setelah melakukan analisa mendalam secara historis, permasalahan transportasi di Jakarta salah satunya disebabkan oleh rute Bus Jakarta yang tidak berubah sejak tahun 1970-an. Anies menilai bahwa pemerintah seharusnya menyiapkan kendaraan massal dari titik padat ketitik-titik padat lainnya secara terintegrasi dan terkontrol. Selama ini, rute trayek yang ada sekadar diizinkan oleh Dishub terkait. Setiap ada pengajuan jalur transportasi baru, maka tidak ditinjau pemetaannya sehingga bertumpuk atau tidak dapat disambung antar trayek.

"Maka dari itu, kita akan melakukan remapping rute kendaraan massal," tegas Anies. 

Dia kemudian memberikan analogi bahwa rute kendaraan itu bagaikan aliran darah yang memiliki jalurnya masing-masing. Setiap titik pemberhentian atau lokasi terakhir rute direncanakan akan tersambungkan dengan rute trayek lainnya. Karena itu, Anies menambahkan bahwa program ini akan didukung dengan pertambahan titik transit baru dan halte yang berjarak setiap 300 meter. Diharapkan solusi ini akan membuat masyarakat tidak kebingungan mencapai berbagai lokasi di Jakarta dengan menggunakan tranportasi massal publik.

Faktor lain yang secara faktual dipandang Anies menjadi penyebab kemacetan adalah cara perhitungan yang berdasarkan jumlah penumpang. Fenomena ini dianggap sebagai alasan tranportasi mengetem dijalan-jalan sehingga akhirnya menyebabkan kemacetan. 

"Ke depan kami ingin cara berhitung berdasarkan jarak, bukan jumlah penumpang. Hitungan kami, cukup 5.000 dari manapun ke manapun di Jakarta," terang Anies.

Mantan Rektor Paramadina ini kemudian berjanji akan menuntaskan semuanya dalam waktu tiga tahun masa jabatan. Anies memprediksi ketika program dan gerakan itu berhasil dilaksanakan, jumlah pengemudi motor akan turun secara drastis. Pada akhirnya, titik-titik terjadinya kemacetan pun akan menurun. 

"Maka, ruang terjadi kemacetan akan menurun, dari 67% jadi 17% persen," tutup Anies yang disambut dengan decak kagum hadirin dipertemuan tersebut. (RID)



Anies-Sandi Media Center

Penulis : Ridha Intifadha
Foto : Adi Fikri & Aziz Rahman
Editor : Asky Oktaria