Rindu Kami Padamu, Ya Rasul

Hari ini kita peringati lahirnya seorang uswatun hassanah. Kelahirannya tak hanya menandai hadirnya manusia luar biasa di kaumnya dan di jamannya, tapi ia luar biasa lintas kaum dan lintas jaman. Berabad kemudian, kini dan kelak, di semua bangsa; kecintaan pada Rasul itu hidup dan makin hidup. Keteladanan tanpa akhir.

Assalamu'alaikum wr wb

Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, cahaya yang menjadi teladan bagi umat manusia tentang bagaimana mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi, pada umat manusia lintas jaman.



Hari ini kita peringati lahirnya seorang uswatun hasanah. Kelahirannya tak hanya menandai hadirnya manusia luar biasa di kaumnya dan di jamannya, tapi ia luar biasa lintas kaum dan lintas jaman. Berabad kemudian, kini dan kelak, di semua bangsa; kecintaan pada Rasul itu hidup dan makin hidup. Keteladanan tanpa akhir.

Padanya ada sifat yang memukau: Shidiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Ia seperti mata air jernih yang cemerlang dan tanpa batas yang darinya mengalir keteladanan tanpa henti. Mengalir hingga kini dan kelak.

Sejenak kami jauhkan diri dari segala urusan rutin. Sejenak kami berdua merenungkan kembali kelahirannya, kehidupannya dan keteladannya. Untaian kata indah dan profetik dari Kak Taufiq Ismail mengantarkan kita untuk mengungkapkannya dalam sebuah nyanyian.

Bait demi bait kami ungkapkan. Selama proses itu menahan agar mata tak melepaskan airnya adalah amat berat. Dada serasa berdegup lebih cepat, kerongkongan terasa berat. Ada rasa dan suasana hati yang tak mudah diungkap.

Malam itu, dalam keheningan studio rekaman yang kedap suara, di benak saya terbayang keheningan rasa saat seorang Ibu yang melahirkan bayi sebagai yatim, terbayang sunyinya dunia buat anak berusia 6 tahun yang harus mengantarkan Ibunya untuk dikubur. Iapun kemudian dirawat oleh kakeknya. Dan malam itupun terbayang wajah pilu anak yatim-piatu yang usianya cuma 8 tahun tapi ia harus meneteskan kembali air matanya sambil mengantarkan Kakeknya dimakamkan. Dalam keheningan malam itu air mata ini mengambang. Teringat kami padamu Rasul; rindu kami padamu ya Rasul ...

Kami ungkapkan semua itu dalam lagu Rindu Rasul. Kami jadikan ini sebagai pengingat bagi diri sendiri; sebagai pengingat agar kami terus berikhtiar untuk mampu mengikuti jejaknya dalam berbagai dimensinya, baik sebagai seorang pemimpin dengan meneladani kebijaksanaan, optimisme, dan kepedulian yang Ia miliki; sebagai seorang cendekiawan yang bijaksana dan bisa menerima kebenaran yang datang dari siapapun; sebagai seorang pedagang yang menggerakkan perekonomian atas dasar kejujuran; sebagai seorang ayah, kakek, dan suami yang penuh cinta dan kasih sayang; serta sebagai seorang panglima yang berani mengambil resiko dan bertanggungjawab atas tindakan anak buahnya.

Semoga kita semua didekatkan pada semangat untuk mengikuti keteladannya.

Selamat menikmati, selamat sama-sama mengambil hikmahnya dan biarkan lagu ini didengarkan lewat telinga dan lewat hati.

Wassalamu'alaikum wr wb,
Anies Baswedan