Anies Baswedan Sampaikan Fenomena Ekstrimisme di Dialog Interaktif Pilar-Pilar Kebangsaan

Jakarta - Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (Anies-Sandi) memenuhi undangan dialog interaktif di Kantor Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia wilayah (PGIW) Jakarta, yang juga merupakan Pusat Oikoumene Jakarta (POJ), Jalan Kayu Jati III Nomor 2, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (14/12/2016). Dihadiri oleh perwakilan dari gereja, para pendeta dan pengurus PGI DKI Jakarta, dialog interaktif dengan tema "Menggumuli Pilar-Pilar Kebangsaan" ini merupakan salah satu kegiatan PGI untuk mendukung penyelenggaraan pilkada damai di Jakarta. Dialog ini dihadiri pula oleh Hashim S. Djojohadikusumo, anggota GKI Kebayoran Baru sekaligus politisi dari partai Gerindra.

Ketua Umum PGIW Jakarta Pendeta Manuel Raintung, dalam sambutannya menyebutkan bahwa ada 4 hal yang menjadi fokus permasalahan dan aspirasi dari PGIW Jakarta. Keempat hal tersebut antara lain kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme dan kerusakan lingkungan. Selanjutnya, Hashim yang juga adik dari Prabowo Subianto menyatakan bahwa dalam memilih seorang Gubernur, masyarakat haruslah melihat perilakunya, karakternya, dan programnya.

Dalam kesempatan tersebut, Anies memberikan pandangannya terkait isu ekstrimisme. Anies menekankan enggan menyebutkan kata radikalisme karena ekstrimisme bisa bermakna sangat kiri maupun sangat kanan. Ekstrimisme, sambung Anies, merupakan gejala yang saat ini mewabah di dunia karena terjadi polarisasi besar-besaran.

Mantan Ketua Komite Etik KPK ini menuturkan bahwa internet telah menjadi tempat penuh kebencian. Ia mencontohkan bagaimana kejadian konflik antar etnis dan agama di belahan dunia lain dapat membuat dampak ketidaknyamanan antar etnis dan agama di belahan dunia lainnya. "Bahkan kalau kita masuk di grup whatsapp misalnya yang tidak sejalan, maka kita akan 'left (keluar) group' itu," terang Anies.

Karena itu, Anies mengajak masyarakat untuk terus menjaga moderasi dan akal sehat di tengah gelombang ekstrimisme tersebut. Saat ini, setiap orang dapat menyuarakan apapun sekalipun tidak berpendidikan, berpengetahuan dan resmi. "Ekstrimisme hari ini akan (terus) menguat. Umat manapun mari menjaga akal sehat dan kejernihan. Karena saya meyakini ekstrimisme tidak akan mungkin bertahan lama," tegas Anies.

Bagi Anies, salah satu solusi untuk menghadapi ekstrimisme tersebut adalah dengan melakukan dialog dan pertukaran pikiran. Dialog itu juga, papar Anies, yang akan menjadikan kebhinnekaan Indonesia bukan terbentuk dalam kosmetik dan penampilan tapi membawa kedamaian dan keadilan. Dan semua itu bisa dimulai dari ibukota, Jakarta.

"Kita ingin membangun Jakarta yang membawa kedamaian pada semua, karena kita memberikan keadilan bagi semua. Dengan begitu Jakarta akan maju bersama, maju kotanya bahagia warganya," tutup Anies. (RID)

 


Anies-Sandi Media Center 

Penulis : Ridha Intifadha

Foto : Adi Fikri 

Unduh foto-foto resolusi tinggi (Google Drive).