Anies dan Cita-citanya Pimpin Jakarta dengan Konsep Berbasis Gerakan

JAKARTA, KOMPAS.com  - Sebelum maju dalam kancah Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017, calon gubernur DKI Jakarta nomor tiga, Anies Baswedan, dikenal sebagai tokoh pendidikan yang menginisiasi lahirnya gerakan "Indonesia Mengajar".

Gerakan ini sendiri adalah sebuah gerakan yang mengajak anak-anak muda untuk terlibat mengajar di wilayah-wilayah Indonesia yang dinilai masih tertinggal.

Menurut Anies, gerakan Indonesia Mengajar muncul berawal dari pemikirannya bahwa memajukan negara tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada semua warga negara.

"Seluruh warga ikut tanggung jawab untuk menyejahterakan semuanya," kata Anies saat berkunjung ke Kantor PWI pekan lalu.

Gerakan semacam Indonesia Mengajar ini juga yang dicita-citakan Anies untuk diterapkan jika nantinya ia terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta. 

Dalam pandangan Anies, selama ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hanya berjalan sendiri dalam membangunan Jakarta.

Kondisi inilah yang dianggap Anies membuat Pemprov DKI keteteran dalam mengurangi ketimpangan.

Ia kemudian menyoroti banyaknya permukiman warga miskin di sekitar gedung-gedung pencakar langit di pusat Ibu Kota.

Padahal, kata dia, di Jakarta ada banyak pihak-pihak swasta yang dinilainya punya kemampuan yang luar biasa dalam membantu pembangunan Jakarta.

"Kalau saya jadi gubernur, saya akan datangi (gedung-gedung di) Sudirman, (permukinan di) Karet Tengsin yang di belakang miskin total itu. Kumpulkan seluruh pengelola gedung 'Teman-teman, kalian tanggung jawab terhadap satu kelurahan yang ada di belakang itu'," ucap dia. 

Anies mengistilahkan konsep kepemimpinannya itu sebagai kepemimpinan berbasis gerakan.

Menurut Anies, kepemimpinan berbasis gerakan berbeda dengan kepemimpinan Pemprov DKI saat ini yang dinilainya hanya berbasis program.

Berdasarkan pengalamannya saat menjalankan gerakan Indonesia Mengajar, Anies menyebut banyak orang baik di luar pemerintahan yang sebenarnya punya keinginan untuk membantu memajukan negara.

Namun, mereka tak tahu harus menyalurkan keinginannya itu lewat mana. Hal itulah yang nantinya akan dimanfaatkannya jika terpilih sebagai gubernur.

"Saya akan buat jam belajar anak jam 19.00-21.00, saya akan panggil mahasiswa, profesional muda, ayo mengajar di kampung-kampung. Saya siapkan tempatnya, ruang belajarnya. Pemerintah yang buat, pengajarnya kalian," kata dia. 

"Saya lihat sendiri para profesional muda sekali kena mengajar mereka tidak bisa lepas dengan ikatan dengan anak-anak di situ," ujar Anies.

Ia menyatakan, apa yang dipaparkannya itu sudah pernah diterapkannya saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Anies mencontohkan penyelengaraan Olimpiade Matematika yang diadakan di Malang pada 2014.

Menurut Anies, penyelengaraan Olimpiade Matematika tingkat nasional 2014 di Malang itu merupakan yang pertama kalinya diadakan di luar kota besar.

Sebelum Anies menjadi Mendikbud, penyelenggaraan Olimpiade hanya dilakukan di kota-kota besar, seperti Bandung, Jakarta, Medan, Surabaya, atau Palembang.

Sebab, hanya kota-kota itulah yang punya hotel-hotel besar untuk penginapan peserta acara.

"Jadi kalau mau bikin acara di Bojonegoro enggak bisa. Mau bikin di Kutai enggak cukup. Memang republik ini cuma milik kota besar? Solusinya apa? Yang kita lakukan adalah eksperimen di Kota Malang," ujar Anies.

Saat penyelenggaraan Olimpiade Matematika tingkat nasional tahun 2014 di Malang, Anies menyebut ada sekitar 2.000 peserta yang menginap di rumah-rumah guru, siswa, dan warga lainnya yang ada di seluruh Malang.

"Lokasi acaranya tetap, tetapi nginep-nya bukan di hotel lagi. Se-Malang isinya peserta Olimpiade. Anak kita bertemu dengan keluarga-keluarga di sana," kata Anies.

Ia menuturkan, pola yang dijalankannya itu memang sempat menimbulkan kebingungan birokrasi karena standar biaya umum pelaksanaan kegiatan di kementerian biasanya mengacu pada biaya kamar hotel.

"Akhirnya diskusi dengan Kementerian Keuangan dan ketemu satuannya yang bisa diberikan kepada keluarga buat keluarga itu membiayai. Ada yang diantar naik motor, naik angkot, diantar mobil. Indonesia kembali sebagai sebuah gerakan gotong royong," ucap Anies.

Menurut Anies, membangun Jakarta bukan hanya sekadar menyiapkan program, melainkan juga mengajak partisipasi masyarakat.

"Saya bayangkan Jakarta dikelola dengan cara seperti itu (gerakan), jadi kepemimpinan yang beda," kata dia.

 

Sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/05/09382491/anies.dan.cita-citanya.pimpin.jakarta.dengan.konsep.berbasis.gerakan