Diacara Netizen Gathering Anies Baswedan Menjelaskan Pentingnya Gerakan dan Partisipasi Publik

Di dalam program tidak ada gerakan, tetapi di dalam gerakan ada program.

Mas Anies-Bang Sandi adalah pemimpin yang meyakini bahwa warga yang bergerak untuk ikut turun tangan dalam membangun kota adalah hal yang sangat penting. Semangat gerakan bukan hanya soal gaya komunikasi yang berbeda, tetapi pendekatannya juga berbeda.

“Karakter masyarakat Jakarta sudah siap untuk membangun pemerintahan berorientasi gerakan,” kata Mas Anies.

Misalnya ketika bicara soal pengelolaan sampah dan lingkungan hidup, di seluruh dunia sudah dilakukan dengan pendekatan gerakan, bukan pendekatan program. Artinya semua komponen masyarakat mengambil keputusan yang punya dampak bagi lingkungan hidup.

Kita memutuskan belanja di warung pakai plastik atau tidak, akan menentukan soal volume sampah. Jadi keputusan-keputusan itu bukan cuma dijalankan pemerintah tetapi juga individu. Maka kalau ingin melakukan pembangunan berkelanjutan itu membutuhkan keterlibatan semua komponen.

“Kami ingin pendekatan gerakan dipakai untuk membereskan berbagai masalah di Jakarta. Inilah makna maju bersama. Keinginan kami, maju kotanya dan bahagia warganya. Karena memang ada keterlibatan warga,” ujar Mas Anies.


Partisipasi Publik

Selama ini pemerintah menjadi sosok super hero. Setiap ada permasalahan, pemerintah ditanya dan diminta untuk menyelesaikan. Beda dengan gerakan, masyarakat diajak kerjasama dan merekalah yang menjadi super heronya.

“Masyarakat yang lebih paham permasalahannya mengerjakan, negara yang memfasilitasi. Misalnya kekerasan terhadap perempuan, sudah banyak organisasi atau lembaga masyarakat yang bergerak dibidang itu. Mereka lebih mengerti masalah dan solusinya,” kata Mas Anies.

Selama ini negara yang mendefinisikan sendiri dan mengatur apa yang baik buat semua. Padahal ternyata meleset. Pemerintah dianggap mengetahui semua solusinya, padahal tidak.


Jago Eksekusi

Menurut Mas Anies, ada 4 level partisipasi publik. Level 4: Sosialisasi. Pemerintah membuat sesuatu, kemudian disosialisasikan. Level 3: Konsultasi. Pemerintah membuat sesuatu, kemudian ditanyakan ke masyarakat dan dapat umpan balik. Pada level 4 dan 3 ini, keputusannya tetap ada pada pemerintah. Level 2: Partisipasi. Pemerintah mengerjakan, masyarakat mengerjakan, tetapi jalan sendiri-sendiri. Level 1: Kolaborasi. Pemerintah dan masyarakat membuat kebijakan bersama, keputusan diambil kedua pihak.

Level kolaborasi pernah dicontohkan Mas Anies saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Misalnya saat beliau membuat keputusan, diundanglah guru dari sekolah yang bahkan biasanya tidak dipakai oleh kementerian sebelumnya karena mereka ini yang lebih berpengalaman dan berhasil.

Sayangnya pendekatan ini dianggap tidak menarik, karena heronya bukan pemerintah, tetapi warga. Dari pengalaman Mas Anies, pemerintah itu minim kreativitas, jago eksekusi. Sebaliknya masyarakat kaya kreativitas, namun kedisiplinan eksekusi kurang.